Rabu, 24 Februari 2016

Dongeng Fabel Ular dan Emas

Koloni Dongeng adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Dongeng Fabel Ular dan Emas, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia.
Koloni Dongeng adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Dongeng Fabel Ular dan Emas, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia.

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang petani miskin yang bernama Pak Joyo yang tinggal di pinggiran sebuah hutan dengan anak semata wayangnya. Suatu hari pak tani sedang mencari kayu bakar di dalam hutan, setelah berjalan cukup jauh masuk ke hutan ia bermaksud beristirahat. Pak tani lalu berteduh di bawah pohon, ia berbaring sejenak sambil menikmati semilirnya udara . Tiba-tiba dilihatnya ular berbisa yang keluar dari semak-semak di dekatnya. Saat itu dia berpkir, "Pasti ular ini adalah penjaga hutan ini dan harus dihormati." Begitulah, karena masyarakat masih percaya dengan hal-hal tahayul seperti halnya pak tani ini. Petani itupun pulang untuk mengambil sedikit makanan dari rumahnya yang berada di pinggiran hutan, ia meletakan makanan berupa air gula ke dalam mangkuk, dan menaruhnya dekat sarang ular tersebut sebagai ucapan rasa terima kasih, lalu petani itu berkata, "Wahai penjaga hutan ini, saya memberikan semangkuk air gula ini sebagai ucapan terima kasih saya kepadamu!" Setelah itu, petani tersebut pulang ke rumahnya. 

Baca Cerita Dongeng Selengkapnya :
Keesokan pagi saat dia datang kembali ke tempat kemarin dia menaruh mangkuk, dia melihat kepingan emas di dalam mangkuk. Dan sejak saat itu, setiap hari kejadian itu terus berulang. Pak tani setiap hari memberikan semangkuk air gula ke ular tersebut dan setiap pagi pula dia selalu mendapatkan sekeping emas.

Suatu hari petani tersebut akan pergi ke desa sebelah selama beberapa hari dan untuk itu dia memerintahkan anaknya untuk menaruh semangkuk air gula di depan sarang ular di hutan. Sang anak melakukan perintah ayahnya, membawa semangkuk air gula, lalu menaruhnya di depan sarang ular. Keesokan paginya saat dia membawa semangkuk air gula lagi, dia menemukan sekeping emas di mangkuk yang lama, dan sang Anak berpikir: "Di perut ular ini mungkin penuh dengan emas; Jika saya membunuh ularnya, saya dapat mengambil semuanya sekaligus dan saya akan cepat kaya." Keesokan hari, saat dia menaruh semangkuk makanan di depan sarang ular, dia menunggu ular tersebut keluar, dan saat sang Ular keluar dari sarang, sang Anak memukul kepala ular tersebut dengan pentungan. Tetapi ular itu masih beruntung bisa lolos dari kematian dan dalam keadaan marah, ia mematuk sang Anak dengan giginya yang tajam dan berbisa sehingga sang Anak langsung tidak bernyawa. Orang-orang sekampung yang menemukan sang Anak yang telah meninggal lalu mengubur anak tersebut dan memanggil sang Petani pulang.

Dua hari kemudian setelah sang Petani tiba di rumah dan mendapatkan penjelasan tentang kematian anaknya, sang Petani merasa sangat bersedih. Tetapi setelah beberapa hari, dia kembali mengambil semangkuk air gula dan menaruhnya di depan sarang ular. Pak Tani lalu memanggil sang Ular untuk keluar dari sarangnya. Setelah lama menanti, sang Ular akhirnya muncul dan berkata kepada sang Petani: "Keserakahan yang membawamu sekarang ke sini, keserakahan membuat kamu lupa akan kematian anakmu. Mulai saat ini, persahabatan antara kita tidak akan bisa terjalin lagi. Anakmu yang serakah itu memukul saya dengan kayu, dan Saya menggigitnya hingga meninggal. Bagaimana saya bisa melupakan pukulan dengan kayunya? dan bagaimana kamu bisa melupakan rasa duka akan kehilangan anakmu?" Setelah itu, sang Ular memberikan sebuah mutiara yang mahal kepada sang Petani dan menghilang masuk ke dalam sarang. Tetapi sebelum menghilang, sang Ular berkata: "Jangan engkau datang lagi ke sarangku." Sang Petani mengambil mutiara tersebut, pulang ke rumahnya sambil menyimpan rasa penyesalan dalam hatinya.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Ular dan Emas adalah : Janganlah kita menjadi orang yang serakah, karena sifat serakah sangat tercela dan di benci Tuhan. Keserakahan seringkali menghilangkan akal sehat manusia. berlakulah lebih bijak dalam berfikir dan bertindak.
Koloni Dongeng memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar