Selasa, 09 Februari 2016

Kisah Roro Mendut

Roro Mendut atau dalam Bahasa Indonesia dibaca Rara Mendut adalah Cerita Rakyat dari Jawa Tengah. Pada zaman dahulu, tepatnya di pantai utara kadipaten Pati, hiduplah seorang gadis yang sangat elok, cantik jelita. Ia bernama Roro Mendut. Ia adalah putri seorang nelayan di daerah itu. Kecantikan Roro Mendut sangat tersohor hingga beritanya sampai kepada Adipati Pragolo II, penguasa Kadipaten Pati. Adipati Pragolo penasaran dan ingin melihat Roro Mendut. Ternyata benar. Roro Mendut luar biasa cantiknya. Adipati Pragolo pun langsung terpesona dan jatuh cinta.

Tidak begitu lama sejak pertemuan itu, Adipati Pragolo bermaksud melamar Roro Mendut untuk di jadikan selir. Namun Roro Mendut menolaknya. Adipati Pragolo tidak menyerah begitu saja, Berulang kali ia melamar Roro Mendut namun Roro Mendut tetap menolak dan mengatakan bahwa ia sudah punya kekasih, yaitu Pranacitra, pemuda desa yang tampan, anak seorang saudagar yang kaya raya. tentu saja hal tersebut membuat Adipati Pragolo sangat marah. Maka ia pun menyuruh pengawalnya untuk menculik Roro Mendut dari rumahnya.

Suatu siang yang cerah, ketika Roro Mendut sedang membantu ayahnya menjemur ikan, tiba-tiba ia dibawa paksa oleh dua orang pengawal kadipaten. Ia dinaikkan ke kuda dan dibawa ke kadipaten. Karena tetap tidak mau di jadikan selir, maka ia pun di pingit di dalam kadipaten Pati.

Saat itu Kadipaten Pati berada di bawah kekuasaan kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung. Karena Kadipaten Pati tidak membayar upeti, maka Sultan Agung memerintah panglima perangnya, yaitu Tumenggung Wiraguna, untuk menyerang kadipaten Pati. Kadipaten Pati yang tidak siap siaga menghadapi serangan itu menjadi kalang kabut dan akhirnya kalah. Adipati Pragolo pun dibunuh oleh Tumenggung Wiraguna dengan menggunakan senjata Baru Klinthing. Maka seluruh kekayaan beserta orang-orang di Kadipaten pati diboyong ke Mataram.

Saat itulah Tumenggung Wiraguna melihat Roro Mendut. Ia terpesona dan langsung melamarnya untuk di jadikan selir. Roro Mendut menolak dan mengatakan bahwa ia sudah punya kekasih. Tumenggung Wiraguna pun marah. Sebagai hukuman, ia mengharuskan Roro Mendut untuk membayar upeti. Roro Mendut mencari cara untuk memperoleh uang guna membayar upeti tersebut. Maka iapun meminta ijin untuk berjualan rokok di pasar. Karena kecantikannya yang luar biasa, maka dagangannya pun laris manis. Bahkan putung hasil isapannya pun laris terjual dengan harga sangat mahal.

Suatu hari Roro Mendut bertemu Pranacitra yang selalu mencarinya. Mereka pun berencana untuk melarikan diri. Sesampainya di kerajaan, Roro mendut pun menceritakan ihwal pertemuannya dengan Pranacitra dan rencana mereka untuk melarikan diri dari kerajaan Mataram, kepada dua orang selir Tumenggung Wiraguna yang tidak setuju Tumenggung menambah selir lagi.

Dibantu oleh dua orang selir tersebut, Roro Mendut berhasil melarikan diri bersama Pranacitra. Namun sayang, usaha mereka diketahui oleh pengawal kerajaan. Maka Roro Mendut pun dibawa pulang ke kerajaan. Sementara itu, tanpa sepengetahuan Roro Mendut, Pranacitra dibunuh, dengan harapan Roro Mendut mau menikah dengan Tumenggung Wiraguna.

Tumenggung Wiraguna kembali mendesak Roro Mendut agar mau jadi selirnya. “Tidak. Saya sudah punya calon suami” Kata Roro Mendut. “Percuma kamu mengharapkan laki-laki itu. Dia sudah mati.” Kata Tumenggung Wiraguna. “Tidak mungkin. Saya baru saja bertemu dia.” Timpal Roro Mendut. “Kalau tidak percaya, ayo, ku antar ke makamnya.” Kata Tumenggung Wiraguna. Melihat makam itu, Roro Mendut menjerit histeris. “Sudahlah, tidak ada gunanya meratapi orang yang sudah mati.” Kata Tumenggung Wiraguna. Maka Roro Mendut ditarik paksa agar kembali ke kerajaan. Roro Mendut meronta-ronta. Dan saat tangannya terlepas dari genggaman Tumenggung Wiraguna, secepat kilat ia menyambar keris milik Tumenggung Wiraguna dan segera berlari ke makam Pranacitra. “Jangan Roro Mendut!” Tumenggung Wiraguna berusaha menyusul untuk menghentikan Roro Mendut. Tetapi terlambat. Roro Mendut telah menancapkan keris itu ke tubuhnya, dan ia pun roboh di atas makam Pranacitra.

Tumenggung Wiraguna sangat menyesal. Seandainya ia tidak memaksa Roro Mendut menjadi selirnya, tentu ia tak akan bunuh diri. Sebagai ungkapan penyesalannya, maka ia pun memakamkan Roro Mendut satu liang dengan Pranacitra.

Pesan Moral/Amanat Cerita Rakyat Roro Mendut : Jangan memaksakan kehendak pada orang lain. belajarlah menerima keputusan orang lain walau itu pahit bagi kita.

Koloni Dongeng memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar